Berbagi ilmu walaupun sekedar meneruskan berita dari orang lain…
Archive for June, 2013
Kepemimpinan Inspiratif Ala Marissa Mayer
Jun 5th

Dunia digital baru saja dikejutkan dengan berita kepindahan Marissa Mayer ke Yahoo!. Tak tanggung-tanggung, di perusahaan yang tengah disorot akibat prestasinya yang tengah menurun itu, Marissa menduduki jabatan terpenting, yakni sebagai CEO. Hal itu membuat Marissa, yang baru berusia 37 tahun, tercatat sebagai CEO termuda dalam daftar 500 perusahaan terbesar di Amerika Serikat.
Memang Marissa tak hanya cantik rupawan. Di Google, prestasinya pun cemerlang. Lulusan Universitas Standford ini merupakan salah satu karyawan pertama dan orang terpenting di Google. Dia pula yang telah ikut membesarkan perusahaan mesin pencari itu menjadi yang paling sukses di dunia.
Marissa bergabung dengan Google pada tahun 1999 sebagai karyawan ke-20. Dia juga merupakan insinyur wanita pertama yang masuk ke dalam perusahaan itu. Selama di Google, dia telah menduduki berbagai posisi, mulai dari pengembang, desainer, manajer produk, hingga eksekutif perusahaan.
Marissa terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang berkualitas dan inspiratif. Carmine Gallo, penulis buku The Presentation Secret of Steve Jobs, pernah mewawancarai Marissa dalam sebuah riset untuk bukunya yang berjudul Fire Them Up. Di buku itu, Carmine membahas soal kualitas para pemimpin yang inspiratif.
Menurut Carmine, Marissa memiliki tiga ciri pemimpin yang berkualitas. Ciri pertama, Marissa memiliki passionterhadap pekerjaannya. Sebagai salah seorang pegawai awal Google, ia sebenarnya sudah dapat menikmati masa pensiun dan kaya raya. Tetapi, ia masih bertahan untuk bekerja, mengembangkan produk-produk yang ia cintai.
Asal Anda tahu, Marissa bertanggung jawab atas pengembangan banyak produk di Google. Di antaranya, Google Search, Gmail, Google News, Google Images, dan Google Maps. Sentuhan kreativitas Marissa yang menyukai tampilan sederhana tetapi menarik dan user friendly itu masih dapat kita nikmati saat ini. Produk-produk itulah warisannya di Google.
“I think Google should be like a Swiss Army knife: clean, simple, the tool you want to take everywhere,” kata Marissa.
Marissa adalah pekerja keras. Ia bekerja mulai pukul 9 pagi hingga 8 malam. Setelah itu, dia akan mengambilbreak untuk berlatih di gym, sebelum kemudian kembali bekerja dan membaca email hingga pukul 11 malam. Orang biasa tentunya tidak akan memiliki energi untuk bekerja keras sebesar Marissa—kecuali jika ia benar-benar memiliki passion terhadap pekerjaannya. Sebagai pengembang produk, ia merasa kagum dan meyakini bahwa terobosan-terobosan Google dapat dan telah mengubah kehidupan umat manusia menjadi lebih baik.
Kualitas kepemimpinan kedua yang dimiliki oleh Marissa adalah persuasif. Dia bukan hanya seorang pembicara yang baik, tapi juga seorang pendongeng (storyteller) yang memikat. Dia lebih banyak menggunakan gambar dan cerita untuk membius para pendengarnya. Untuk presentasi selama satu jam, misalnya, Marissa hanya menggunakan 10 slide yang semuanya berisi foto.
Kualitas kepemimpinan ketiganya adalah kemampuannya dalam memotivasi tim. Sebagai motivator yang ulung, ia rajin mendengarkan dan menasihati para stafnya. “Employees, especially young people, want to feel as though their work has meaning,” ucapnya. Dia tahu bagaimana menghargai pendapat dan hasil kerja timnya.
Di Google, setiap hari selama 90 menit, mulai pukul 4 sore, Marissa menyediakan waktunya untuk mendengarkan dan berdiskusi dengan stafnya secara personal. Dalam sesi tersebut, setiap staf secara perorangan, dapat memberikan kritik ataupun mengemukakan ide-idenya. Meskipun waktu yang diberikan oleh Marissa untuk bertemu dengan stafnya itu biasanya hanya beberapa menit saja, namun hal itu dapat membuat mereka merasa dihargai dan didengarkan pendapatnya.
Ya, itu adalah 3 kualitas dan praktik kepemimpinan yang inspiratif dari Marissa Mayer, yang dapat ditiru oleh para pemimpin lain.
Gambar: http://www.topnews.in
Friday, 20 July 2012 11:07 | Written by Restituta Ajeng Arjanti
Kepemimpinan Inspiratif Ala Marissa Mayer
www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id www.repository.stisitelkom.ac.id www.cloudbox.stisitelkom.ac.id www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id www.telkomuniversity.ac.id www.stisitelkom.academia.edu www.kuningmas-autocare.co.id www.usnadibrata.co.id www.askaf.co.id www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.profesorjaket.co.idOrang Narsis, Bisakah Jadi Pemimpin?
Jun 5th
Tingkat kepercayaan diri diyakini bisa mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia kerja. Mereka yang berpotensi untuk menjadi pemimpin adalah yang berkinerja tinggi serta memiliki inisiatif dan rasa pede(percaya diri). Tetapi, bagaimana jika rasa pede itu berlebihan?
Dalam blog Harvard Business Review, Justin Menkes, penulis buku Better Under Pressure: How Great Leaders Bring Out the Best in Themselves and Others,memaparkan tentang siapa orang yang paling layak menjadi CEO di antara para top performers di organisasi.
Menurut Justin, CEO terbaik adalah orang yang paling tidak narsis di antara para top performers. Alasannya, para narsisis umumnya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan jangka panjang. Mereka terlalu sibuk berusaha mendapatkan pengakuan. Memang, mereka ahli dalam menciptakan relasi baru, tetapi mereka kurang mampu membangun dan mempertahankannya. Karena itu, menurut Justin, para top performers yang hobi menonjolkan diri dapat dicoret dari daftar calon CEO.
Salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuannya untuk menerima pencapaian dan kesuksesan orang lain. Dan, orang narsis cenderung kesulitan melakukan hal tersebut.
Sebenarnya, perusahaan dapat saja mengangkat CEO dengan bakat narsis. Tetapi, jika hal itu ingin dilakukan, si narsis perlu diberikan bimbingan untuk dapat menerima kehebatan orang lain.
Pada dasarnya, sifat narsis dan hobi mempromosikan diri memang manjur untuk melakukan lompatan-lompatan di awal karir. Namun, menurut Justin, jika seseorang telah mencapai posisi tinggi dalam organisasi, sifat narsis justru akan merugikan dia.
Dalam bukunya, Justin menyarankan perusahaan untuk mengenali para karyawan muda yang berprestasi namun narsis. Bimbing mereka agar menjadi rendah hati. “Pupuk” mereka agar bisa menjadi pemimpin masa depan di perusahaan.
Pendapat lain tentang hubungan kemampuan memimpin dengan sifat narsis atau pede terlalu tinggi juga dilontarkan oleh Thomas Chamorro-Premuzic, profesor ahli psikologi bisnis dari New York University.
Dalam tulisannya yang juga dimuat dalam blog Harvard Business Review, sang profesor menegaskan bahwa rasa pede bisa menunjang kesuksesan karir seseorang hanyalah sebuah mitos. Ia menilai sifat kurang pede justru bisa membuat seseorang menjadi sukses. Pendapat itu dia simpulkan dari riset yang telah dia lakukan bertahun-tahun. Punya sifat rendah diri memang tidak baik, namun punya pede tinggi pun tidak akan memuluskan jalan karir seseorang.
Menurut Thomas, orang yang kurang pede justru mampu menentukan tujuan yang lebih realistis dan dapat dicapai. Ada 3 alasan yang mendukung orang-orang ini untuk sukses, yakni:
- Mereka cenderung mau mendengarkan orang lain, menaruh perhatian terhadap feedbacknegatif, serta bersikap kritis terhadap diri mereka sendiri.
- Orang-orang yang kurang pede mampu memotivasi orang lain untuk bekerja lebih keras dan melakukan lebih banyak persiapan.
- Orang yang kurang pede juga tidak mudah berubah menjadi orang yang arogan. Menurut riset lembaga survei Gallup, tulis Thomas, lebih dari 60% karyawan tidak suka atau bahkan membenci pekerjaan mereka. Dan, alasannya yang paling umum adalah karena mereka memiliki bos yang narsis.
Kesimpulannya, sifat pede bukanlah modal utama untuk sukses menjadi pemimpin. Sebaliknya, orang-orang yang kurang pede masih punya kesempatan untuk meniti karir menuju posisi puncak.
Sumber gambar: www.ronaldkennedy.com
Orang Narsis, Bisakah Jadi Pemimpin?
www.stisitelkom.ac.id www.di.stisitelkom.ac.id www.ktm.stisitelkom.ac.id www.dkv.stisitelkom.ac.id www.dp.stisitelkom.ac.id www.srm.stisitelkom.ac.id www.blog.stisitelkom.ac.id www.multimedia.stisitelkom.ac.id www.elearning.stisitelkom.ac.id www.library.stisitelkom.ac.id www.repository.stisitelkom.ac.id www.cloudbox.stisitelkom.ac.id www.digilib.stisitelkom.ac.id www.mirror.stisitelkom.ac.id www.sisfo.stisitelkom.ac.id www.hilfan.blog.stisitelkom.ac.id www.telkomuniversity.ac.id www.stisitelkom.academia.edu www.kuningmas-autocare.co.id www.usnadibrata.co.id www.askaf.co.id www.hilfans.wordpress.com www.hilfan-s.blogspot.com www.profesorjaket.co.idGita Wirjawan, Menggesitkan Birokrasi
Jun 5th
Lembaga pemerintahan akrab dengan birokrasi. Padahal, birokrasi identik dengan proses yang lamban, berbelit, dan tidak kreatif. Namun, belakangan ini muncul harapan baru bagi masyarakat Indonesia. Beberapa pemimpin baru masuk ke lingkungan pemerintahan dan mulai melakukan perubahan—melakukan transformasi birokrasi di lembaga pemerintahan menjadi lebih efisien dan inovatif. Salah satunya adalah Menteri Perdagangan RI, Gita Wirjawan.
Dalam QB Leadership Series yang akan diadakan pada Rabu, 8 Agustus 2012, Gita Wirjawan akan hadir membagikan pengalamannya dalam menggesitkan birokrasi.
Gita Wirjawan lahir dengan nama lengkap Gita Irawan Wirjawan di Jakarta, pada 21 September 1965. Ayahnya, Wirjawan Djojosoegito, adalah seorang diplomat.
Gita yang hobi main golf dan bermusik mengambil kuliah administrasi bisnis di University of Texas, Amerika Serikat (AS), pada tahun 1992. Lulus S-1, ia bekerja sebagai bankir di Citibank.
Pada tahun 1999, Gita melanjutkan S-2 administrasi publik di Kennedy School of Government, Harvard University, AS. Ia lulus pada tahun 2000, kemudian bekerja di Goldman Sachs Singapura.
Pada tahun 2005, Gita pindah ke ST Telekomunikasi, Singapura. Setahun kemudian, ia berpindah kerja ke JP Morgan Indonesia dan menjabat sebagai Direktur Utama.
Saat bekerja di JP Morgan, Gita sudah memprediksi akan terjadinya resesi ekonomi di AS yang bisa berdampak luas ke seluruh dunia. Karena itu, ia mulai bersiap mendirikan perusahaan investasi sendiri dan mengumpulkan dana untuk membeli saham-saham perusahaan yang diperkirakan akan jatuh akibat krisis global.
Pada 2008, Gita mundur dari JP Morgan dan mendirikan sebuah perusahaan investasi, yakni Ancora Capital. Mengandalkan koneksinya yang kuat, yang dia bangun sejak kuliah di Harvard, Gita bisa dengan mudah mengumpulkan investor.
Pada tahun 2009—2011, Gita menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM). Sebagai Kepala BKPM, ia mampu meyakinkan para investor asing untuk menanamkan modal mereka di Indonesia, dan berhasil meningkatkan realisasi investasi.
Gita bekerja dengan cepat. Ia juga membenahi keluhan-keluhan terhadap iklim investasi di Indonesia. Ia gencar berpromosi hingga ke luar negeri dan berhasil mengubah persepsi investor. Anda pernah melihat iklan-iklan ajakan berinvestasi di Indonesia yang tumbuh pesat, aman, dan stabil, di stasiun-stasiun TV berbayar? Itu adalah salah satu kebijakan Gita.
Di masa kepemimpinan Gita, website BKPM semakin ramah bagi user, investor, maupun para profesional. Terasa bahwa website itu bertujuan untuk menarik investor. Di BKPM, Gita juga menerapkan sistem one-stop-shop bagi para investor. Dia memangkas birokrasi untuk memudahkan investor.
Berkat track record yang baik, dalam resuffle kabinet pada Oktober 2011, Gita ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Salah satu keputusan penting yang dia ambil sebagai Mendag adalah mengenai kebijakan impor.
Pengalaman Gita lebih lanjut dalam melakukan transformasi di lembaga yang dia pimpin dapat Anda simak dalam acara QB Leadership Series. Informasi selengkapnya mengenai acara ini dapat Anda lihat di http://bit.ly/PH1w5A.
Foto: rattan-amkri.com
Thursday, 02 August 2012 23:43 | Written by Restituta Ajeng Arjanti